Penalaran Induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Induksi pada pengertian tradisional dipisahkan secara rigid dari deduksi untuk menunjuk pada suatu metode saintifik yang berupaya tiba pada konklusi melalui bukti-bukti (evidences) partikular mengenai dunia. Dalam sains, akumulasi bukti-bukti (evidences) bermakna derajat tertentu terhadap sokongan munculnya hipotesis, kalau bukan konklusi.
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir denganbertolak
dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yangdiselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Dalam
konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam
menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat
mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Berikut bentuk-bentuk penalaran induktif yaitu generalisasi, hipotese, analogi dan hubungan
kausal.
A.
Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju
kesimpulan umum.
Contohnya :
• Luna Maya adalah bintang film dan iklan, dan ia berparas cantik.
• Revalina. S. Temat adalah bintang film dan iklan, dan ia berparas cantik.
• Luna Maya adalah bintang film dan iklan, dan ia berparas cantik.
• Revalina. S. Temat adalah bintang film dan iklan, dan ia berparas cantik.
*Generalisasi: Semua
bintangfilm dan iklan berparas cantik.
Pernyataan
“semua bintang film dan iklan berparas cantik” hanya memiliki kebenaran
probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh
kesalahannya:
Bella juga bintang film, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
Bella juga bintang film, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
a. Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus pendudukindonesia
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus pendudukindonesia
b. Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh wanita dewasa di Indonesia senang memakai rok mini.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi
yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur
pengujian yang benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1. Jumlah
datal yang diteliti terwakili.
2. Data
harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari kejadian umum/ tidak umum.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari kejadian umum/ tidak umum.
B.
Hipotese
Hipotese (hypo“di bawah“,
tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima
sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penentu dalam
peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain
secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya merupakan hipotese
yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese.
Contoh :
Tanzi &
Davoodi (1998) membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi dapat
dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus):
Hipotesis pertama: tingginya
tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi publik. Politisi
yang korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka
melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik, melainkan demi mencari
kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh
karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik, korupsi akan menurunkan
produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan
negara. Hal ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak,
pembebasan pajak yang tidak sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya
administrasi pajak. Akibatnya adalah penerimaan negara menjadi rendah dan
pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran
pemerintah untuk operasional dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada
hipotesis pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan proyek-proyek
investasi publik yang baru. Namun, karena yang diperjuangkan hanya
proyek-proyek yang baru (demi mendapat kesempatan mencari keuntungan demi
kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama yang sudah berjalan menjadi
terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis keempat: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas investasi
publik. Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan
adanya niat politisi untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun
perlu digarisbawahi bahwa yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas.
Politisi yang korup hanya peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah
berdiri proyek-proyek publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya.
Sebagai contoh adalah pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya
telah dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi
persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas
yang berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
C. Analogi
Cara penarikan penalaran dengan
membandingkan dua hal yangmempunyai sifat yang sama.
Analogi
mempunyai 4 fungsi,antara lain :
1. Membandingkan beberapa orang yang
memiliki sifat kesamaan
2. Meramalkan kesamaan
3. Menyingkapkan kekeliruan
4. Klasifikasi
Contoh
analogi : Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak
berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia
apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu
merunduk.
D. Hubungan Kausal
Penalaran
yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Macam hubungan
kausal :
a) Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b) Akibat – Sebab.
Bobi tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
Bobi tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c) Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Contoh
Kausal : Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan
sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini
tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya
pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu,
tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
Sumber :
http://yogatama-anggita.blogspot.com/2012/04/penalaran-induktif.html
http://broken-nose.blogspot.com/2013/03/softskill-minggu-ke-33-bahasa-indonesia.html
http://yogatama-anggita.blogspot.com/2012/04/penalaran-induktif.html
http://broken-nose.blogspot.com/2013/03/softskill-minggu-ke-33-bahasa-indonesia.html
http://singgihrevo.blogspot.sg/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar